Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Biji Kakao adalah bahan utama pembuatan bubuk kakao (coklat), bubuk kakao adalah bahan dalam pebuatan kue, es krim, makanan ringan, susu dll. atau dalam bahasa keseharian masyarakat kita menyebutnya coklat. Karakter rasa coklat adalah gurih, dengan aroma yang khas sehingga disukai banyak orang khususnya anak-anak dan remaja.
Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakan menjadi dua kelompok besar: kakao mulia ("edel cacao") dan kakao curah ("bulk cacao").
Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari
varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih
tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya.
Lintau, secara geografis yang memang terletak di wilayah perbukitan/pegunungan dengan cuacanya yang dingin merupakan area produktif untuk pengembangan varietas kakao. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada perkebunan rakyat terhadap tanaman kakao. Secara nyata terlihat adanya pergeseran kecendrungan masyarakat terhadap kakao dibanding tanaman lain yang dulu sempat mendominasi perkebunan rakyat.
jika di lihat data perkebunan rakyat pada tahun 90-an Khususnya Lintau bagian Utara, tanam Kopi,cengkeh dan kulit manis begitu mendominasi perkebunan rakyat. Sekitar 70 persen lahan perkebunan rakyat di tanami varietas ini. Dibandingkan dengan saat ini terjadi perubahan besar disektor perkebunan rakyat, sekitar 80 persen perkebunan rakyat di Lintau bagian utara rata rata ditanami tanaman Kakao.
Pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998, terjadi perubahan besar dari sektor perkebunan rakyat. Dimana tanam kopi, cengkeh dan kulit manis yang selama ini jadi primadona di Lintau bagian Utara tidak lagi dilirik oleh masyarakat sebagai tanaman yang menguntungkan. Hal ini dipicu oleh turunnya harga secara drastis di pasar lokal, nasional dan global. Dampaknya pada awal 2000-an perkebunan rakyat mengalami revolusi besar besaran. Tanaman kopi, cengkeh dan kulit manis diganti dengan Tanam Kakao.
Perlahan tapi pasti revolusi perkebunan rakyat ini mulai menampak hasil. Pada tahun 2005 masyarakat sudah mulai bisa memetik hasil dari tanaman kakao yang mereka tanam. Hingga 2011, data terakhir yang kami peroleh Rata-rata Perkebunan Kakao di Lintau Bagian Utara mampu memproduksi antara 6 sampai 7 Ton perminggu.
Hmmm.... Sungguh sebuah pencapaian yang luar biasa.
Dengan berbagai kendala yang dihadapi oleh masayarakat dalam mengembangkan perkebunan kakao ini, tetap terpancar optimisme dan semangat yang tinggi dari para petani Kakao.
Ketersediaannya lahan yang luas namun tidak didukung oleh modal yang cukup tetap menjadi kendala utama dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya lahan kosong yang belum bisa termanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.
Masalah pengetahuan masyarakat akan tanaman Kakao ini juga merupakan kendala utama bagi para petani kakao.
"saya kurang paham penyakitnya, buahnya mengalami bintik bintik putih. Saya juga tidak tahu obatnya" Ucap
seorang Petani kakao saat kami temui di kebun kakao miliknya sambil menunjuk sebuah kakao yang mengalami masalah tersebut.
Hal yang tak kalah penting juga masalah pemasaran. Data terakhir yang kami peroleh, rata-rata para petani menjual kakao di kisaran harga Rp. 20.000,- per kg. Memang tergolong wajar karna memang dalam dua bulan terakhir kisaran harga kakao di tingkat nasional antara Rp. 18.000 s/d Rp. 24.000,- per kg. Namun yang paling penting adalah adanya kontrol harga kakao dari lembaga lembaga terkait dan pemerintah agar para petani Kakao benar benar bisa menikmati jerih payah mereka.
Tentunya upaya pemerintah untuk memperhatikan sektor ini kedepan, khususnya para petani Kakao di kawasan Lintau bagian Utara. Karna bukan tidak mungkin, 5 atau 10 tahun kedepan Lintau bisa menjadi salah satu daerah yang dengan penghasil Kakao yang cukup diperhitungkan.
(eko chaniago)
0 komentar:
Posting Komentar
Opini, berita lintau, info rantau